
Patilo adalah makanan ringan khas Gunungkidul yang telah lama menjadi bagian dari keseharian masyarakat sekaligus oleh-oleh favorit wisatawan. Terbuat dari pati singkong atau dalam bahasa lokal disebut “pati telo” Patilo memiliki rasa gurih dengan sedikit sentuhan asam yang khas. Nama Patilo sendiri berasal dari gabungan kata “pati” dan “telo”, mencerminkan bahan dasar pembuatannya.
Proses pembuatan Patilo dilakukan secara tradisional. Pati singkong diolah menjadi adonan, lalu dicetak dan dijemur hingga kering. Setelah itu, kerupuk kering ini siap digoreng dan disajikan sebagai camilan renyah atau pelengkap makan. Selain rasanya yang unik, daya tarik Patilo juga terletak pada kesederhanaan bahannya dan keterampilan tangan masyarakat lokal dalam mengolahnya.
Lebih dari sekadar makanan, Patilo kini menjadi salah satu geoproduk resmi di kawasan UNESCO Global Geopark Gunung Sewu. Geoproduk adalah produk lokal yang mencerminkan nilai-nilai geopark, yakni keterkaitan antara geologi, budaya, dan kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, Patilo menjadi representasi kearifan lokal masyarakat Gunungkidul dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berkelanjutan.
Singkong sebagai bahan utama Patilo sangat sesuai dengan karakteristik lahan karst Gunung Sewu yang kering dan minim air. Masyarakat setempat telah lama membudidayakan singkong sebagai sumber pangan alternatif, dan mengolahnya menjadi produk bernilai ekonomi seperti Patilo. Dengan demikian, Patilo mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap lingkungan alam sekaligus menjadi simbol ketahanan pangan lokal.
Saat ini, Patilo banyak dijumpai di pasar tradisional maupun pusat oleh-oleh di Gunungkidul. Permintaan dari wisatawan yang datang ke kawasan Geopark Gunung Sewu turut mendorong pertumbuhan UMKM penghasil Patilo dan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat. Setiap pembelian Patilo tidak hanya menyuguhkan rasa khas Gunungkidul, tetapi juga mendukung pelestarian budaya serta pengembangan ekonomi lokal yang selaras dengan prinsip keberlanjutan.